Beberapa kali memindai otak, anak berisiko tiga kali terkena leukimia dan kanker otak ketika dewasa.
JAKARTA – Teknologi dapat membantu kesehatan. Namun, penggunaan teknologi yang berlebihan juga dapat membawa kerugian. Seperti yang ditemukan peneliti Australia dalam pemanfaatan pemindai CT--Computerized Tomography Scan atau CT Scan yang melebihi dosis pada anak-anak.
|
Terlalu sering memindai otak bisa berisiko (Dok:newsdailybrief.com) |
Anak-anak yang beberapa kali menjalani pemindaian otak tersebut berisiko tiga kali terkena leukimia dan kanker otak di kemudian hari. Karenanya, studi baru yang dipublikasikan The Lancet, Kamis (7/6), menekankan pentingnya meminimalisir pasien dari paparan pemindaian otak.
Pemindai CT menggunakan sinar-X, yang juga termasuk pengion, untuk memperoleh gambar tiga dimensi bagian-bagian tubuh dan organ dalam. Pemindai CT juga dapat digunakan untuk memindai satu organ tubuh saja (misalnya, otak) atau mencitrakan seluruh tubuh secara umum.
Para peneliti yang dipimpin Mark Pearce dari University of Newcastle, Inggris, mempelajari hampir 180.000 pasien yang melakukan pemindaian CT antara 1985 dan 2002 pada 70 persen rumah sakit di Inggris.
Berisiko
Hasilnya, anak berusia di bawah 15 tahun yang dua atau tiga kali melakukan pemindaian CT ternyata tiga kali lebih cenderung menderita kanker otak di kemudian hari. Melakukan pemindaian lima sampai 10 kali pada masa kecil dapat berisiko tiga kali menderita leukimia, menurut studi.
Tapi, menurut studi, risiko absolutnya terbilang kecil. Satu kali pemindaian kepala sebelum usia 10 tahun menghasilkan satu kelebihan kasus dari leukemia dan tumor otak per 10.000 pasien dalam sepuluh tahun setelah tereksposur.
Profesor Bruce Armstrong dari the University of Sydney School of Public Health mengatakan risiko peningkatan kasus kanker dari radiasi ion ini tidak terduga. Selama ini orang hanya mengenal kanker yang disebabkan oleh efek ion atau radiasi nuklir.
"Ini pekerjaan besar yang menekankan pentingnya menggunakan bentuk pencitraan hanya ketika memiliki alasan medis yang kuat," kata Profesor Armstrong dalam sebuah pernyataan.
Armstrong menambahkan, teknologi seharusnya digunakan dengan cara meminimalkan paparan radiasi terhadap pasien.
Sejauh ini, pemindaian otak yang digunakan dengan alasan klinis hanya berlaku di Inggris.
Mengurangi Dosis
Teknologi pemindai juga telah dikembangkan agar dapat meminimalkan risiko. Pemindai otak baru misalnya, memiliki pilihan dosis pengurangan. Praktisi juga sangat menyadari risiko dan kebutuhan untuk membenarkan dosis, menurut Dr. Andrew J Einstein dari New York Columbia University Medical Center.
Menurut Pearce, penggunaan pemindai otak yang terlalu berlebihan demi akurasi diagnosis dan kecepatan memindai kerap membawa masalah baru. Inilah yang membuat pasien muda mendapatkan anestesi--pembiusan--dan obat sedatif atau obat penenang, yang sebenarnya tidak perlu.
"Perbaikan lebih lanjut untuk memungkinkan pengurangan dosis CT harus menjadi prioritas, tidak hanya bagi masyarakat radiologi tetapi juga untuk produsen," kata dia.
April silam, sebuah penelitian Amerika Serikat menemukan anak di bawah usia 10 tahun yang sering melakukan X-Ray gigi, yang menggunakan radiasi ion, berisiko lebih tinggi terkena tumor otak saat dewasa.Sumber: SHNews.co