Tahu hidupnya tinggal sebentar, Susan Rostron mengirimkan email yang justru menyelamatkan hidupnya
|
Susan Rostron saved by an email. |
|
DORSET – Saved by an Email. Itulah yang pas untuk menggambarkan kisah Susan Rostron. Dias sudah siap menghadapi kematian akibat kanker pankreas seukuran softbol di tubuhnya. Namun, siapa menyangka, surat elektronik (surel) yang dia kirimkan ke lembaga Riset Kanker Inggris justru menyelamatkan hidupnya.
Susan, warga, Dorchester, Dorset, Inggris, tidak menyadari kanker telah bersarang dalam tubuhnya selama 20 tahun. Semuanya tersingkap ketika dia ke rumah sakit karena sakit perut. Pada April 2011, dia diagnosis kanker.
“Hasil tes menunjukkan saya punya tumor yang lebih besar dari jeruk grapefruit,” kata Rostron kepada Daily Mail, Selasa (20/11). “Saya diberitahukan itu tidak dapat disembuhkan dan tidak bisa dioperasi, bahkan kemoterapi juga tidak bisa membantu.”
Mantan kepala sekolah ini memutuskan jika akhirnya meninggal dunia, dia ingin memastikan penyakitnya dapat membantu penelitian kanker pankreas.
Mengetahui Rumah Sakit Southampton memiliki bank jaringan tubuh, Susan, 58 tahun, mengirimkan surat elektronik untuk menawarkan tumornya sebagai bahan penelitian.
“Saya diberitahu ada kemungkinan 20 persen saya bisa melepas nyawa di meja operasi. Tetapi, jika Anda memang sudah tahu bahwa Anda memang akan mati, Anda mungkin akan melakukan itu,” pengelola studio tembikar ini mengatakan.
Ternyata, suratnya itu diteruskan pada Neil Pearce, salah satu dokter bedah terkemuka Inggris yang juga konsultan yang mengkhususkan diri dalam pengobatan pankreas.
“Kondisi Susan yang tidak biasa yang membuat... kasusnya ditinjau oleh ahli bedah spesialis kanker pankreas terkemuka,” kata Clara MacKay, Direktur Kanker Pankreas Inggris.
Susan pun bertemu Dr. Pearce yang mengatakan dapat melakukan 'bedah ekstrem' yang akan mengangkat pankreas, limpa, lambung dan beberapa bagian dari kerongkongannya.
Susan yang memang sudah siap mati mengiyakan. Dan, operasi operasi yang berlangsung selama 12 jam berjalan mulus. Dia juga telah melewati proses pemulihan yang melelahkan.
"Saya memang mengalami pasang surut, tapi saya merasa satu juta kali lebih baik dan kehidupan saya sungguh berharga.”
Karena tidak punya lambung, Susan harus menyantap makanan ringan, makanan reguler, dan minum obat khusus untuk membantu mencerna makanannya.
"Apa pun yang saya makan sekarang langsung masuk ke usus, jadi saya menyantap makanan kecil sekitar enam kali sehari," kata dia. "Saya bisa makan makanan seperti orang normal dan tidak ada pantangan, tapi saya merasa seolah-olah harus terus-terusan mengunyah. Saya minum obat enzim pankreas untuk membantu pencernaan dan antibiotik," Susan menjelaskan.
Memang, tumornya bisa saja tumbuh lagi. Namun, sejauh ini, dia dinyatakan bersih.
"Sungguh menakjubkan ini semua karena sebuah surat elektronik,” kata Susan.