Pada 2030 akan terjadi peningkatan lonjakan penderita kanker sebesar 300 persen di seluruh dunia.
|
Dok:Chemotherapy-topnews.ae. |
JAKARTA - Jumlah penderita kanker di Indonesia diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya. Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga akhir 2012 menyebutkan prevalensi kanker di Tanah Air mencapai 4,3 : 1.000 orang.
"Kita memang belum mempunyai angka pasti tentang penderita kanker di Indonesia, tapi saya bisa pastikan peningkatan jumlah penderita kanker di Indonesia sudah cukup mengkhawatirkan," kata Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Profesor Soehartati Gondhowiardjo, di Jakarta, Kamis (21/3).
Menurutnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Serikat Pengendalian Kanker Internasional (UICC) memprediksi pada 2030 akan terjadi peningkatan lonjakan penderita kanker sebesar 300 persen di seluruh dunia.
Diperkirakan di tahun itu, sekitar 27 juta orang akan terdiagnosis kanker, 17 juta kematian akibat kanker, dan 75 juta orang akan hidup dengan kanker.
Dari jumlah tersebut, 70 persennya akan berada di negara berkembang seperti Indonesia. Kenaikan prevalensi kanker di Indonesia akan menimbulkan persoalan pengobatannya. Ini karena hingga kini pusat pengobatan kanker di Indonesia baru dapat melayani 15 persen pasien kanker.
"Saat ini di Indonesia baru ada 22 rumah sakit negeri dan dua rumah sakit swasta, yang memiliki pusat pengobatan kanker. Keberadaannya juga belum. Seperti di Kalimantan, hanya ada satu pusat pengobatan kanker dan hanya ada di Banjarmasin saja," ujarnya.
Profesor di bidang radiasi onkologi ini mengatakan, pemerintah perlu menambah pusat pengobatan kanker dengan lokasi yang merata.
Selain itu, masyarakat juga harus dididik agar selalu meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi serangan kanker, yaitu dengan memulai pola hidup sehat sejak dini. Dia mengungkapkan, sekitar 43 persen dari kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan 30 persen dari kanker dapat terdeteksi dini.
Dia menambahkan, jumlah pasien kanker yang ditangani RSCM setiap tahunnya mencapai 1.600 pasien. Rata-rata jumlah pasien kanker yang datang ke RSCM, sekitar 200 orang setiap harinya. Kanker merupakan penyakit dengan proses perkembangan yang panjang dan memiliki banyak faktor risiko. Penyebab kanker tidak dapat ditentukan dari satu faktor risiko saja, tetapi gabungan dari banyak faktor risiko.
"Jika hanya memiliki satu atau dua faktor risiko belum tentu dapat mengembangkan kanker, asalkan menghindari faktor risiko yang lain," kata dia.
Faktor risiko kanker, antara lain riwayat keluarga, infeksi virus, paparan bahan kimia, dan radiasi. Untuk mencegah kanker diperlukan pencegahan primer yang terdiri dari berpikir positif, bergerak aktif, dan menjaga pola makan, serta pencegahan sekunder, yaitu deteksi dini dan vaksinasi.
Pola Hidup Sehat
Pola hidup sehat menjadi hal yang sangat penting dalam pencegahan kanker. Salah satu bentuk pola hidup sehat adalah selalu makan makanan yang sehat dan bergizi.
"Kurangi makanan yang mengandung pengawet, pewarna, serta perasa makanan. Selain itu, hindari pula makanan dari hewan atau ternak yang telah dibudidaya. Misalkan lebih memilih ayam kampung daripada ayam yang telah disuntik hormon, karena hormon tersebut bisa berpengaruh pada tubuh kita," ujar Prof Tati.
Dia juga menganjurkan agar menghindari konsumsi alkohol dan tembakau, serta memperbanyak makanan laut. Selain itu, konsumsi sayur dan buah juga penting. Serat menjadi penting karena dapat mengurangi risiko terjadinya konstipasi.